Coretan Di Langit Jakarta | Tukang Bangunan
Dunia Maya
Semua puisi ku adalah kisah usang yang telah aku alami...
Satu hal yang aku pelajari dari hidup janganlah terlena dengan kesedihan,..
Karena kesedihan hanya akan membuat kita terpuruk..
Ungkapkanlah walau hanya melalui puisi....
Terima kasih kalian bisa menikmatinya karena puisi ku tidaklah berarti tanpa penikmatnya,...
Sajak Tukang Bangunan
Sebelum bekerja, Ia mengumandangkan mantra dengan
Dunia Maya
cangkul di tangan kemudian mengolah kehidupannya.
Bersama pasir, semen dan batu bata ada cita-cita anaknya
yang ia bawa dari desa, hadiah untuk istri tercinta hingga
tiket umrah untuk kedua orang tua yang semakin senja.
Dan pada malam-malam yang ranum cahaya rembulan
Jakarta, ia menghabiskan waktu tidurnya untuk menitipkan
mimpi-mimpi kepada Tuhan yang teduh dalam sorai
bintang jatuh.
AKU
Aku adalah anak seorang petani yang dibesarkan
air mata dan keringat bapak ku sendiri
air mata padi yang sebelum menguning diserang hama
keringat tanah yang mengering tepat sebelum hujan reda
setelah subuh, ketika orang-orang masih mesra dengan
kantuknya yang manja, aku harus sudah bergegas berangkat
kerja kala matahari baru saja selesai cuci muka
sebagai buruh yang pantang mengeluh
sebagai nyala yang pantang runtuh
kemudian menenangkan sore dan menangkap senja untuk dibawa
pulang ke kontrakan yang jendela nya semakin renta dimakan usia
lalu menanak nasi dan menelpon bapak ibu di kampung sebagai teman
makan nanti sesaat sebelum menidurkan malam, di langit Jakarta aku mengudarakan
doa-doa kepada mereka berdua agar selalu sehat dan bahagia serta belajar
menjadi penipu kecil mahir yang tiap ditanya kabar, selalu kujawab dengan
baik-baik saja.
Hhhmmm....bagus puisi nya, dengan bahasa sederhana tapi mengena dan mudah di cerna,saya juga suka puisi kak,salam kenal satu hobby ya...😇🙏
BalasHapusTerimakasih sudah berkunjung, maaf baru online mau otw di blog mu
Hapus