Kebebasan Berbicara Sebelum Berbicara Kebebasan
Bacaan
Kebebasan Berbicara yang sebebas-bebasnya pada tidak ada. Itu tidak pernah terjadi, setidaknya dalam arti absolut. Kebebasan Berbicara adalah cita-cita abstrak yang telah menjadi polemik selama berabad-abad.
Kisah-kisah fiksi George Orwell atau Ray Bradbury banyak bertutur tentang makna kebebasan berbicara. Namun sepakat bahwa setiap pihak yang menentang hak warga negara dalam mengekspresikan diri atas nama kebebasan, bisa menjadi lereng licin ke arah totalitarianisme.
Filsuf abad 19 John Stewart Mill menulis dalam "Harm Principle"; kebebasan satu individu hanya boleh ada sejauh-jauhnya tidak melanggar kebebasan orang lain. Rumput Gunter juga perih menyitir dalam "Im Krebsgang"; airmata dan kesedihan tentang Holocaust ternyata tidak membuat Nazisme lenyap, justru justru mendorong kekejian itu ke tempat yang lebih terhormat melalui anonimitas yang bernama "Free Speech".
Sejatinya ketika melihat implementasi kebebasan Berbicara dalam masyarakat mana pun, itu tidak pernah lebih dari cita-cita yang diperjuangkan fakta aktual itu sendiri.
Atas penangkapan beberapa tokoh KAMI dan beberapa penganjur kebencian lainnya, sebagian orang yang melakukan pembelaan atas nama kebebasan demokrasi. Yang dilakukan adalah para politisi, bahkan sebagian dikenal sebagai penggiat HAM - tanpa pernah mau menimbang bahwa penahanan itu justru tindakan negara untuk menyelamatkan manusia lainnya. Polisi menangkapnya, tentu saja didukung oleh pembuktian yang cukup, dan pasti telah diakui oleh para tersangka.
Politisi yang baik, tak akan pernah mengejar kekerasan. Kecuali politisi kriminal yang terlalu ambisius, lalu menghalalkan segala cara. Namun harus diingat, peringatan tahun menunjukkan jalan yang melarang segala niat busuknya - penangkap itu, adalah bagian dari bagaimana kebenaran bekerja dengan caranya. Dan penjahat selalu ditakdirkan untuk berkelit, menghindar dan saling bela.
☕☕☕☕☕☕
Editor: Rwd
Komentar
Posting Komentar